Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pelajaran dari Orang Terkaya se-Asia Pasifik Abad 19

Catatan berikut ini adalah sebagian kecil kisah dari Seorang Pengusaha Terkaya se Asia Pasifik Abad 19 yang banyak dilupakan orang pada saat ini. Dia adalah pengusaha terkenal pada saat itu dengan relasi luas juga pergaulan bisnis antar negara di Asia, Eropa, Amerika dan Amerika Latin.  Bagi yang belum pernah mendengar cerita ini jangan kaget karena dia adalah seorang pengusaha keturunan China yang lahir dan besar di kota Semarang, Jawa tengah dengan pusat usahanya di Semarang pula.  Dia bernama Oei Tiong Ham.

Oei Tiong Ham dilahirkan tanggal 19 November 1866 di Semarang, Jawa Tengah sebagai anak kedua dari delapan bersaudara di dalam keluarganya. Ayahnya bernama Oei Tjie Sien. Ia berasal dari daerah Tong An di Fujian, Republik Rakyat Tiongkok

Oei Tiong Ham, pengusaha multi nasional dari Semarang ini banyak dikatakan sebagai Orang Terkaya di Asia Pasifik pada abad 19. Perusahaan multi nasionalnya terdapat di Indonesia, China, India, Inggris, Amerika, Belanda, Brasil dan beberapa negara lainnya. Basis usahanya adalah ekspor gula ke luar negeri. Untuk menopang bisnis utamanya tersebut dibangunlah 5 pabrik gula modern yang semuanya berada di pulau Jawa. Banyak yang menjuluki Oei Tiong Ham sebagai Raja Gula dari Semarang.

Oei Tiong Ham terkenal sebagai pengusaha yang suka bekerja keras sampai malam dan baru tidur di atas jam 24.00. Dia juga terkenal sebagai pembaharu budaya orang China dengan memakai pakaian bergaya barat modern memakai jas dengan rambut disisir rapi dan meninggalkan rambut kuncir sebagaimana gaya orang China pada waktu itu. Selain itu dia juga mendatangkan tenaga-tenaga profesional terdidik dari Eropa untuk mendukung kemajuan usahanya. Konon untuk urusan seorang sopirpun dia mendatangkan dari Eropa, karena orang-orang Indonesia pada waktu itu belum banyak yang bisa nyopir. Dalam hal pencatatan keuangan dia menerapkan sistem akuntansi modern pada saat itu. Oei Tiong Ham adalah pengusaha yang berani, berani mengambil resiko, cepat mengadopsi metode dan tren baru. Namun dengan kemodernan pola berfikir bisnisnya, dia tetaplah seorang warga keturunan China yang mengedepankan juga cultur bisnis China yang sangat percaya pada nasib baik dan keberuntungan.

istana oei tiong hamIstana Oei Tiong Ham


Salah satu bukti kejayaannya yang masih tertinggal pada saat ini adalah sebuah rumah luas dan megah berbentuk leter U dengan rumah utama yang besar di tengahnya di Jl Kyai Saleh Semarang (sekarang di sebelahnya ada kantor JNE dan sebelahnya lagi ada kantor Golkar Kota Semarang). Inilah Istana Oei Tiong Ham, begitu orang kala itu biasa sebut. Konon rumah mewah itu dulunya berdiri di lahan yang sangat luas. Salah satu sumber menceritakan luas rumah beserta tanah pekarangannya adalah 9 Ha meliputi: dari Jl Kyai Saleh, Jl Pandanaran, Jalan Pahlawan, Pleburan UNDIP (bawah) dan Kawasan Polda Jateng. Di dalamnya terdapat taman-taman indah dan kebun binatang pribadi. Untuk mengurus rumah dan pekarangan sebegitu luasnya, Oei Tiong Ham mempekerjakan 40 orang pembantu rumah tangga dan 50 orang tukang kebun. Rumah peninggalan bukti sejarah Oei Tiong Ham lainnya yang saat ini masih terawat bisa di lihat di Jalan Pandanaran yaitu rumah Savitri yang sekarang dimiliki oleh pengusaha Bpk Joko Wahyudi. Di dalam rumah tersebut (bagian belakang) masih banyak terdapat relief-relief berhuruf China yang tersusun rapi.

Oei Tiong Ham meninggal pada tanggal 06 Juni tahun 1924 di Singapura akibat serangan jantung.  Dia terkenal di Singapura pada saat itu bahkan sampai saat ini.  Kekayaannya di Singapura juga tidak kalah hebohnya, karena sepertiga tanah di Singapura waktu itu adalah miliknya. Karena kepopuleran dan ketokohannya, namanya dijadikan salah satu jalan di Singapura yaitu Oei Tiong Ham Park.  Menurut cerita bahwa mantan perdana menteri Singapura yaitu Lee Kuan Yew adalah salah satu dari keturunannya.

Seiring perjalanan waktu dan pergolakan sejarah, perusahaan Oei Tiong Ham di Indonesia di nasionalisasi, di ambil oleh pemerintah dan dijadikan BUMN dengan nama PT RNI (Rajawali Nusantara Indonesia).

Lepas dari kisah-kisah negatif yang mengiringi usaha Oei Tiong Ham, dia adalah seorang Raja Gula dari Semarang yang merupakan orang Terkaya se Asia Pasifik pada saat itu dan telah memberi banyak pelajaran dan inspirasi positif pada generasi sekarang.

Ada satu pertanyaan menggelitik yang perlu kita renungkan dibalik kesuksesan Oei Tiong Ham dengan bisnis utamanya yaitu ekspor gula ke luar negeri dan menghantarkannya menjadi pengusaha terkaya se Asia Pasifik pada abad 19  atau bisa diartikan bahwa bisnis gulanya  untung besar, kemudian lalu kenapa setelah dinasionalisasi dan menjadi BUMN  di bawah PT RNI sudah tidak terdengar lagi tentang untung besar dari bisnis gula tersebut? Kemana larinya keuntungan dari bisnis gula itu, salah kelola atau disalahkelolakan? Seandainya saja ada orang sekelas Oei Tiong Ham di pucuk pimpinan PT RNI sekarang ini bukan suatu hal mustahil bahwa PT RNI akan menjadi salah satu penyumbang terbesar kemakmuran di Indonesia.

*) Artikel ini dikutip dan diolah dari beberapa sumber

Posting Komentar untuk "Pelajaran dari Orang Terkaya se-Asia Pasifik Abad 19"